Thursday, March 7, 2013

HARAPAN SEORANG PENGEMIS JALANAN

ada sebuah lampu lalu lintas di sebuah jalan di kota solo, dimana setiap lampu merahnya memiliki durasi selama 90 detik. sangat lama. ya menjadi sangat lama bila yang kita lakukan hanya menunggu lampu tersebut menjadi hijau, namun menjadi terlalu singkat bila kita bertemu pembelajaran baru dalam hidup..

suatu ketika instruktur saya sedang melewati perempatan tempat lampu lalu lintas tersebut berada ketika hendak mengantar sang istri, dan lapu yang tadinya hijau baru saja berubah menjadi merah.
ada waktu 90 detik untuk menunggu hingga menjadi hijau kembali.
ketika sedang menunggu, ternyata datanglah seorang pengemis yang mengetuk kaca mobil beliau..
uang koin pun diberikan pada pengemis tersebut..


namun apa yang terjadi?
sang pengemis terlihat begitu sumringah *senang sekali*
keheranan, bingung, penasaran dengan sikap pengemis yang tidak biasa, karna mengapa hal itu bisa membuatnya sedemikian senang?, batin sang instruktur.
di sisa waktu yang masih 79 detik akhirnya instruktur saya pun menanyakan hal itu pada sang pengemis.. *karna sang pengemis tidak mengenal bahasa Indonesia, percakapan pun menggunakan bahasa daerah, bahasa jawa*



I : "bu, knapa anda begitu senang sekali hari ini? ada apa?"
P : "iya pak, saya senang", "saya hari ini akan dapat rejeki"
I : "rejeki apa?"
P : "kmarin saya menolong orang yang kehabisan bensin"

kemudian sang pengemis bercerita bahwa kemarin ada seseorang yang berhenti di lampu tersebut dan ternyata kendaraannya kehabisan bensin, dan pengemis itu pun membantunya..
sebagai rasa terima kasih sang pengendara itu pun menjanjikan bahwa akan kembali lagi untuk memberinya hadiah sebagai ungkapan rasa terima kasih. dan sang pengemis pun menantinya dengan senang, semangat, penuh dengan berjuta pengharapan pada orang yang menjanjikannya.
tak terasa lampu lalu lintas segera menjadi hijau kembali..
instruktur pun harus melanjutkan perjalanannya kembali dengan harapan tidak kehabisan bensin pula..
*sambil melihat meteran bensin yang ternyata masih ada setengah tangki*

di perjalanan setelah lampu lalin tersebut terpikir di benak beliau,
hal apa yang bisa membuat sang pengemis itu begitu senang. YA, dia memang telah membantu seseorang yang kesusahan sebelumnya. dan orang tersebut berjanji akan kembali lagi untuk memberinya hadiah.
tapi ingatlah kawan !?
bahkan sang pengemis sendiri tidak pernah tau kapan hari itu akan tiba, hari dimana ia akan diberi hadiah, namun ia tetap sabar menanti hal itu datang pada dirinya dengan semangat yang tak pernah surut, dan tetap senang serta berbunga - bunga.
hal apa yang membuatnya sedemikian teguh dengan hal itu? dengan iming" hadiahnya itu?

mungkin jawabannya adalah
PENGHARAPAN, HARAPAN, MIMPI atau apa pun kita menyebutnya itu.
sebuah harapan akan sesuatu yang benar" dinanti dan diinginkan olehnya dengan dasar tetap berpikiran positf pada orang yang menjanjikannya tanpa memikirkan hal negatif.
sehingga ia bisa tetap survive pada harapannya itu...
padahal orang yang memberi harapan pun adalah orang yang belum pernah ia kenal sebelumnya...
ah, andai saja sempat terbesit sedikit saja dipikirannya bahwa harapan itu hanyalah harapan palsu, harapan kosong, pastilah ia sudah enggan untuk berharap. dan harapannya itu belum tentu akan menjadi nyata..
Namun satu kekuatan yang sangat hebat,
kekuatan KEPERCAYAAN
ya, percaya... kata ini sudah cukup mewakilkan perwujudan pengaharapannya..


kemudian hal itu yang membuat kita berpikir bahwa sebenarnya hal itu juga kerap kali hadir dalam setiap kehidupan kita..
kadang terpikir bahwa setiap hari kita mengeluh bahwa kita jenuh, bosan, tidak bersemangat pada pekerjaan kita, pada kegiatan kuliah kita..

NAMUN apakah kita semua ingat bahwa dulu, ya, dahulu sekali ketika kita memilih jalan hidup kita untuk belajar kita juga telah diberikan pengharapan oleh jalan yang kita pilih...
kita tau di ujung jalan di akhir nanti kita telah dijanjikan akan mendapatkan apa yang telah kita inginkan dari jalan yang telah kita pilih...
sebuah harapan yang kita tidak tau akan kita dapatkan kapan, sama seperti pengemis tersebut...
namun, sering kali kita merasa lesu tidak bersemangat, putus asa, merasa bahwa harapan itu jauh dari kenyataan yang kita alami...
knapa kita tidak mencotoh sang pengemis?
tetap percaya pada harapan itu sambil terus berpikir positif...
bahwa kita pasti akan meraihnya...

ingat kawan !? setiap orang pasti akan terjatuh...
Dan, yang harus dia ingat bukan berapa lama ia harus meratapi kejatuhannya itu, mengiba pada setiap orang yang ditemuinya agar dikasihani...
Melainkan berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk bangkit kembali setelah kita terjatuh.

ALLAH TETAP BERSAMA UMATNYA APAPUN KONDISINYA





Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.
“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.
Pada dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.
...Jangankan kita manusia biasa, bahkan Rasulullah pun pernah mengalami keadaan keadaan galau pada tahun ke-10 masa kenabiannya...
Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni(tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu Khuwailid.
Sahabat Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.
Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40)
Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.
...Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...
Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.
Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.
Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;
1. Sabar
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).
Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.
2. Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...
Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3. Positive thinking
Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).
4. Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
...Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...
Sebagaimana firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita.

PENGABDIAN DAN TANGGUNG JAWAB SETINGGI GUNUNG


Sepintas ia seperti seorang petani pada umumnya yang hidup disebuah perkampungan yang ada dilereng sebuah gunung, dengan rambut yang sudah memutih dan agak awut-awutan, keriput yang menghiasi wajah dengan mata yang sedikit redup tapi tajam serta kumis lebat tak beraturan. Suharsono (60th) atau yang akrab di sapa Mbah Harso anggota dari SARDA Jawa Tengah yang bertugas di gunung lawu.

Saat itu saya bertanya kepada Mbah Harso megenai apa-apa saja yang ada di puncak gunung lawu, karena bukan rahasia umum lagi kalau gunung lawu selain sebagai tempat pendakian para pencinta alam, juga dijadikan sebagai tempat ziarah para pelaku spiritual. salah satu bentuk budaya yang ada di tanah Jawa. Dengan kata-kata lembut Mbah Harso memberitahukan semua tempat-tempat ziarah yang ada. Percakapan kita pun semakin asik, hingga obrolan pun beralih tentang pengalamannya selama berada di gunung lawu. 
dengan tenang Mbah Harso bercerita tentang apa-apa saja yang pernah dialaminya

Berawal dari sebuah mimpi yang dia alami sekitar 44 tahun yang lalu yaitu pada 1968, tentang mimpinya bertemu dengan sosok perempuan tua yang kemudian mengajaknya pergi ke gunung lawu. entah itu sebuah mukzizat atau apa, ternyata keesokan harinya dirinya sudah berada di puncaknya, disebuah petilasan yang konon sebagai tempat untuk bertapanya Brawiaya V yang bernama pertapan Hargo Dalem. Belum juga hilang rasa bingung yang menyelimutinya saat itu, sosok perempuan tua itupun datang menghampiri dengan membawa tiga bungkus makanan yang diberikan sambil berpesan "jangan pernah meninggalkan pertapan Hargo Dalem sebelum aku yang menyuruh." Setelah itu sosok perempuan tua itu pun pergi dari hadapannya.

Selama menjalani hidup di gunung, Mbah Harso hanya berdiam diri saja dipertapan tersebut selama tujuh hari lamanya. "ya namanya orang baru pertama kali hidup sendirian digunung, pasti merasakan rasa takut, tapi, akan lebih takut lagi kalau pergi dari pertapan itu," ucapnya. Setelah melewati hari ke-tujuh, perempuan tua tersebut datang lagi dan menyuruhnya turun dan pulang kerumahnya di Solo. Belum ada satu bulan di rumah, Mbah Harso pun diperintahkan untuk kembali ke puncak lawu, berbeda dari perjalanannya di puncak lawu sebelumnya, perintah yang harus dijalaninya kali ini dengan berpuasa pati geni selama 7 hari 7 malam yang dilakukan di sumur jolo tundo.


Perjalanan Mbah Harso tidak hanya sampai disitu saja, setelah selesai menjalani tapa bratanya, dia pun harus melalui beberapa ujian dalam menghadapi fenomena-fenomena alam maupun gaib yang ada di gunung lawu. Dari kejadian inilah akhirnya Mbah Harso jadi terbiasa dengan kehidupan yang dilaluinya di gunung hingga dua tahun lamanya berdiam dan menetap di puncak lawu. selama dua tahun di puncak lawu, makanan yang dimakan Mbah Harso dari sesaji yang di bawa para pengunjung yang berziarah di pertapan tersebut. "di gunung lawu hampir tiap hari ada peziarah yang memberikan sesaji berupa makanan di hampir semua pertapan yang ada, dan sesaji-sesaji itulah yang di makan," katanya. Kebanyakan dari para peziarah yang datang tau makanan kesukaan leluhur yang ada di lawu, yaitu singkong bakar, jadi singkong bakar itulah yang saya makan, Lanjutnya. Dalam berguru pada perjalanan spiritual dan alam gunung lawu, Mbah Harso mendapatkan mandat untuk menjaga kelestarian serta harus mau memberikan pertolongan kepada orang-orang yang mendapat musibah di seluruh area gunung lawu tampa kecuali. Karena rasa tanggung jawab atas mandat yang didapat dari sosok perempuan tua yang selama ini membimbingnya, dengan segenap keyakinan, seluruh kehidupan Mbah Harso di curahkan untuk mengabdi pada gunung lawu. "dalam hidupku tidak pernah sedikitpun terbesit niat untuk meninggalkan gunung lawu," ucapnya dengan sungguh-sungguh.


Seiring berjalannya waktu, karena kecintaannya pada alam dan mengenal seluruh medan yang ada di gunung lawu, pada 1981 harso bergabung dengan relawan kemanusiaan dan alam serta mengikuti pendidikan SAR, hingga pada 2005 dia masuk menjadi anggota SARDA Jawa Tengah hingga saat ini. "inilah bentuk pengabdianku kepada gunung lawu, terlepas dari perintah spiritual yang aku terima, karena menjadi relawan adalah sebuah panggilan jiwa," tegasnya. Disela-sela aktifitasnya, selain memberikan pendidikan SAR kepada para pencinta alam, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup, sambil menjalankan tugas-tugasnya Mbah Harso menjajakan aneka macam cindramata hasil karyanya sendiri seperti patung, cincin, kalung dan berbagai macam lainnya yang semuanya terbuat dari kayu liwung yang banyak tumbuh di gunung lawu pada para pengunjung, baik itu para pendaki maupun peziarah yang datang. "hidup di gunung, kalau tidak kreatif ya gak bias apa-apa," Ucapnya seraya menghembuskan asap rokok kreteknya.

Dalam ceritanya dia juga mengatakan kejadian yang tidak pernah bisa dilupakan, yaitu ketika dia harus kehilangan seorang teman akrabnya, itu terjadi sekitar tahun 70-an dimana ketika teman sekampungnya meminta tolong untuk diantarkan menuju puncak, tetapi ditengah perjalanannya, cuaca yang tadinya cerah mendadak berubah menjadi hujan badai. Karena temannya memaksa untuk terus melanjutkan pendakian, ketika sudah mendekati area pertapan Hargo Dalem temannya meminta agar Mbah Harso untuk berjalan terlebih dahulu menuju pertapan untuk menyalakan api unggun guna menghangatkan badan, namun seetelah ditunggu-tunggu ternyata temannya tidak juga menyusul sampai akhirnya dia pun harus turun kembali untuk menemuinya yang ternyata pada saat itu didapati temannya sudah meninggal.

Dari pengalaman-pengalamannya itulah yang menjadi motivasi Mbah Harso untuk terus menjaga dan mengawasi semua aktifitas baik yang ingin melakukan pendakian maupun laku spiritual agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa saya bayangkan seperti apa kehidupan yang harus dilalui Mbah Harso, dengan tanpa pamrih menjalani waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun untuk sebuah pengabdian, tak ada rasa penyesalan sedikitpun dari wajah dan tatapan matanya, yang terpancar hanyalah rasa bangga, bangga akan tanggung jawab, kepada sesama dan alam gunung lawu.

SI KAYA DAN SI MISKIN

Kisah ini merupakan kisah nyata


Kisah ini mungkin tidak sesuai dengan kata-kata asli sang penyampai berita, namun alur dari kisah ini insya Allah sesuai dengan apa yang terjadi. Marilah kita simak ceritanya:

“Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda yang hidup miskin, ia hidup serba kekurangan dan penuh dengan kelelahan dalam mencari nafkah. Tentu, sebagai seorang pemuda sudah sewajarnya ia memiliki keinginan untuk menikah. Beberapa usaha untuk meningkatkan penghasilan juga sudah diupayakan, akan tetapi Allah berkehendak belum menjadikan dia sebagai seorang yang kaya.


Waktu pun berlalu dengan cepatnya, dan seorang pemuda ini pun terus berupaya untuk memenuhi obsesinya. Ia ingin segera menikah untuk menyempurnakan agamanya dan menundukkan pandangan serta menyucikan kemaluannya. Akhirnya, ia pun mengenal seorang wanita yang “menurutnya” shalihah. Kriteria-kriteria yang ia persyaratkan pun mungkin telah ia ketahui dengan baik, sehingga ia putuskan untuk meminang wanita itu.



Wanita itu cantik parasnya, anak seorang yang kaya raya, kekayaanya menjadikan mereka sangat terkenal di kampungnya. Pemuda ini sedikit ‘grogi’ (was-was) untuk melamar wanita yang ia kenal itu, ia membandingkan kondisinya dengan kondisi wali sang wanita sebagai pertimbangannya. Namun keberanian dan tekadnya yang ditunjang dengan nafsunya membuat ia tidak patah semangat, ia pun dengan penuh keyakinan berangkat melamar wanita idamannya.



Takdir Allah Ta’ala pun terjadi, apa yang Ia Ta’ala kehendaki tak ada yang dapat menghentikannya, pemuda itu pun menuai kehampaan. Perempuan itu menolak pinangan Sang Pemuda, kabarnya penolakan itu pun karena ada dukungan dan perintah dari sang wali dan/atau keluarganya. Pemuda ini pun sangat sakit hati, wajar dan sangat wajar bila ini terjadi, apalagi penolakan itu juga terdapat indikasi kuat bahwa keluarga/walinya tak mau menikahkan anaknya dengan orang miskin, karena itu nantinya akan menyulitkan anak wanitanya.








Pemuda ini benar-benar seorang yang sangat gigih dalam mempertahankan obsesinya. Kemarahannya akibat sakit hatinya membuatnya ingin membalaskan dendam kesumatnya. Alhamdulillah, ia tidak melakukan hal-hal yang mencelakakan keluarga pihak perempuan, ia memilih melakukan suatu yangrealistis. Ia pun bangkit, ia bekerja lebih giat dan ia pun mendirikan sebuah usaha dari modal yang ia kumpulkan selama ini. Ia bekerja dan terus bekerja hingga...Subhanallah, Maha Suci Allah Yang Maha Membolak-Balikkan keadaan dunia, ia menjadi kaya raya dan miliader. Waktu pun terus berjalan, mungkin keluarga Sang Wanita yang pernah menolaknya mengetahui kondisi Sang Pemuda yang saat ini sangat kaya raya dan mereka mulai tertarik kepadanya, begitupula sang wanita ini pun kemungkinan juga mulai merasa tertarik dengan Sang Pemuda, hal ini tampak dari indikasi yang ada pada mereka.

Alhamdulillah. Pemuda ini pun bisa memenuhi obsesinya, ia pun akhirnya menikah. Ia menikah bukan dengan sang wanita yang pernah dilamarnya, karena tentu saja luka di hati tak kan bisa ditambal dengan apapun. Ia menikah dengan orang lain yang lebih baik “menurutnya”, ia pun menjalin kasih asmara yang penuh barakah, ia menjalin kasih dengan penuh keromantisannya. Ia sangat bersyukur menikah dengan wanita yang sekarang dinikahinya.


Sekarang, marilah kita tengok bagaimana kondisi wanita yang pernah dilamar Sang Pemuda itu. Ia pun akhirnya menikah dengan pemuda lainnya, ia hidup dengan penuh kesulitan dan kesengsaraan. Allahu a’lam apa yang terjadi, akan tetapi kemudian kondisi sang wanita ini berubah total dan perubahannya sangat drastis. Wanita ini menjadi miskin papa bersama suaminya, keluarga Sang Wanita yang dulunya kaya raya juga tak bisa berbuat apa-apa, karena usahanya pun bangkrut. Masya Allah, apa yang bisa kita petik dari kisah ini ?!?!?!



Silahkan pembaca sekalian merenungkannya dan jawablah dengan jujur menurut hati Anda masing-masing, dengan apakah dunia ini menipu Anda sekalian?! Dan bagaimana dampak bila Anda memutuskan suatu perkara yang sangat urgen (akherat) dengan perkara dunia yang remeh?! Kisah ini masih terjadi di dunia dan disegerakan oleh Allah untuk diambil pelajaran oleh kita, “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya) (Q.S An-Naazi’at: 26).



Masih banyak kisah-kisah dalam kehidupan yang mirip dengan kisah ini yang belum terupload, belum tersiar, bahkan belum terjadi. Masih banyak orang-orang yang kaya tetap dalam kekayaannya dan miskin tetap dalam kemiskinannya tatkala mereka atau salah satunya ingin menundukkan pandangan mereka, menjaga kemaluan mereka dan menggenapkan separuh agama mereka, tetapi wali mereka yang kaya menolak Si Pelamar yang miskin dan/atau wali mereka yang kaya menolak Si Pelamar yang ia nilai tidak “becus” dalam masalah dunia, dan kemudian mereka masih tetap dalam kejayaannya. Ingatlah, bahwa dunia ini remeh, ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara dan ingatlah bahwa nanti ada Yaumil Mizan, dimana keadilan Allah benar-benar ditegakkan dan semua akan ditampakkan.



Begitupula dalam berbisnis dan persahabatan, bila ia bersahabat karena harta dan bermusuhan karena dana, maka hal itu sangatlah tidak langgeng. Hal itu sangatlah menyakitkan, ingatlah bahwa dunia ini pernah mengalami perang besar dan mungkin akan terjadi dengan lebih besar lagi. Ingatlah bahwa peperangan itu berawal dari harta kekayaan dunia, dari masalah goldglory dan gospel. Mungkingospel ini hanya sebagian kecil dari motivasi mereka untuk suatu kamuflase politik saja dan bukan tujuan utama mereka.



Berbeda dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang mengajarkan bahwa pernikahan, persahabatanbahkan peperangan dan segala apapun yang kita lakukan harus berdasarkan karena Allah, karena perintahNya, laranganNya juga karena apa-apa yang difitrahkanNya pada kita semua. Subhanallah, sangat indah dan menyejukkan agama kita ini, hanya saja kebaikan agama ini (agama-agama samawi yang lain juga) tertutupi oleh ulah ummatnya, hingga sesatnya ajaran suatu agama dan kerusakannya, karena ulah ummatnya yang tak tunduk padaNya dan mementingkan dunia di atas segalanya. Na’udzubillah. Semoga Allah memberikan kita kebaikan-kebaikan dunia dan akherat dan melindungi kita dari keburukan keduanya. Allahu a’lam.

DIMANA KEADILAN UNTUK NENEK MINAH ?!

Sungguh sulit bagi rakyat kecil untuk mendapatkan keadilan, kalau tak punya uang untuk membayarnya!
Beginilah hukum di negeri ini yang disebut sebagai negara hukum. Kalau kita bisa membelinya maka hukuman itu tak berlaku lagi, kalau tidak ada uang terimalah hukuman itu sebagai keadilan. Bagaimana tidak, selain hanya bisa miris dan sedih, para koruptor masih banyak berlenggang bebas sedang seorang Minah di Banyumas harus bolak balik untuk sidang, walau akhirnya hanya dapat hukum percobaan 1 bulan 15 hari.
Kesalahannya menurut saya adalah hanya karena ia masih ada kejujuran dan orang miskin sehingga tak mampu untuk menyuap aparat hukum dan membayar pengacara yang bisa mati-matian membelanya.
Coba kalau ia mampu memberikan upeti pada penegak hukum yang memprosesnya dari awal, saya yakin kasusnya tak akan sampai pengadilan.Sedangkan banyak para koruptor yang sudah jelas-jelas ketahuan makan uang rakyat dan bersalah masih bisa dibebaskan, karena mereka banyak uang untuk membeli para penegak hukum dan membayar pengacara yang pandai bersilat lidah.
Sungguh kasihan nenek tua, memang ia bersalah mencuri tiga buah kakao, tapi tak bisakah dimusyawarakan dan dimaafkan? Sungguh mengherankan dan tidak adil. Kalau terhadap rakyat kecil para penegak hukum begitu bekerja sungguh-sungguh untuk menegakkan hukum. Tetapi terhadap boss-boss atau orang kelas atas yang bersalah mereka jadi begitu culun dan pikun, akhirnya sampai lupa dengan hukum yang harus ditegakkan.
Hanya tiga buah kakao bisa sampai ke pengadilan, hebat dan sungguh-sungguh ingin menegakkan keadilan terhadap seorang nenek tua. Coba kalau ia punya uang, ceritanya pasti lain. Akan tetapi untuk kasus lenyapnya uang negera 6, 7 triliun begitu susahnya untuk di ajukan ke pengadilan dan menghukum pelakunya, dengan alasan klasik, belum cukup buktinya.
Kemudian bandingkan juga yang dialami tetangga saya, bawa ganja dari Aceh, tertangkap di Lampung dan masuk tv, setelah saudaranya datang bawa uang 50 juta, besoknya ia sudah bisa senyum-senyum didepan rumahny a tanpa ada masalah. Ada teman juga karena tertangkap jualan nalo dapat kurungan tiga hari, setelah dihadiahkan uang 20 juta, besoknya bisa jualan lagi. Jadi bukan omong kosong kalau hukum itu bisa dibeli.
Kalau kita rakyat kecil dan tak punya uang, jangan berharap dapat keadilan. Karena kita tak akan mampu untuk membelinya.
Jadi untuk amannya, baik-baiklah jadi orang, jangan sampai bersentuhan dengan dunia kejahatan. Hidup dalam kebenaran dan jangan macam-macam.
sebenarnya ada apa dengan dunia hukum kita?. Siapa pun orangnya sama di hadapan hukum,Itu benar seratus persen. Namun kenyataannya dinegara kita ini berbeda. Tidak semua orang sama di depan hukum.di Negara ini jika orang besar dituduh berbuat kesalahan apalagi yang dituduh mempunyai kekuasaan meskipun jelas ada bukti bersalah,tak langsung menerima hukuman. Proses pengadilannya bisa diulur-ulur atau ditunda-tunda,bahkan bisa sampai ‘’hilang’’ di tengah jalan. Berbeda dengan orang kecil yang dituduh berbuat kesalahan,’’cepat’’ dijatuhi hukuman,padahal banyak kejadian,kemudian terbukti dia tidak bersalah. Tapi dia sempat menjalani hukuman sampai bertahun-tahun. Tidak ada ganti rugi apapun dari pemerintah. Jadi hukum yang bagaimana yang harus ditegakkan di Negara ini? Yang Sering kali para pemimpin bangsa ini menyuarakannya di media-media. Apakah hanya hukum yang berdasar pasal demi pasal? Atau hukum yang berkeadilan,berhati nurani,dan bukan hukum yang buta?.

PENDERITAAN ITU 'RAHIM' KEBAHAGIAAN



Penderitaan itu ‘Rahim’ Kebahagiaan
Konon, penderitaan adalah ‘rahim’ dari kebahagiaan. Kita pun sering mendengar pepatah yang bunyinya; “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
 Namun, tak semua orang bisa menjadikan penderitaannya sebagai ‘rahim’ dari kebahagiaan dirinya. Malah, lebih banyak manusia yang justru terpuruk akibat penderitaannya. Kita pun banyak mendengar kisah orang-orang tipe ini. Lihatlah di layar televisi Anda, nyaris setiap hari ada kasus bunuh diri dengan alasan yang hampir senada, yakni tak mampu menahan beban hidup (penderitaan).Penderitaan memang kerap menjadi jembatan yang mengantarkan kita pada kebahagiaan. Kisah orang-orang besar yang sukses dalam berbagai hal (bisnis, karir, pemimpin, keilmuan atau bahkan spiritualitas) biasanya diawali dengan kisah tentang penderitaannya dalam mencapai kesuksesannya. Misalnya, yang sedang populer sekarang, Nick Vujinic (lihat foto). Dia seorang lelaki tanpa kedua tangan dan kedua kaki yang sempat depresi dan putus asa hingga mencoba bunuh diri, namun saat ini begitu tenar di seantero dunia akibat kesuksesannya sebagai salah satu motifator terbaik dunia.
            Lalu, bagimana kita harus memahami dan mengolah penderitaan agar menjadi ‘rahim’ bagi lahirnya kebahagiaan?
             Intinya terletak pada penerimaan kita terhadap kenyataan akan penderitaan yang kita alami sembari meyakini bahwa itu bagian hidup dari kita dan semua manusia yang ada. Dengan begitu, kita akan mulai ikhlas menerima penderitaan kita. Sehingga, penderitaan itu akan menjadi spirit untuk bangkit dan mengubahnya menjadi kebahagiaan. Bagaimana pun caranya!
            Mereka yang tak sukses mengolah penderitaannya menjadi kebahagiaan biasanya karena, diam-diam, mereka ‘menikmati’ penderitaannya; mereka keluhkan setiap siang dan tangisi setiap malam. Sehingga, mengemis dan meminta dikasihani biasa menjadi solusi bagi mereka. Yang tampak kemudian bukanlah pengolahan atas penderitaan agar menjadi ‘rahim’ bagi lahirnya kesuksesan dan kebahagiaan, namun memanfaatkan dan memanipulasi penderitaannya. Dan penderitaan pun menjadi bagian dari hidupnya selamanya. Begitulah kisah orang-orang gagal yang selalu berjarak dengan kebahagiaan.
            Penderitaan sebagai ‘rahim’ yang melahirkan spirit bagi kesuksesan dan kebahagiaan ini juga sering kali menjadi kata kunci bagi para pemimpin dunia dalam meruntuhkan kekuatan ‘tangan besi’ yang menindas dan menggantikannya dengan asas keadilan. Lihatlah kisah Mahatma Gandhi di India, Imam Khomaeni di Iran, Evo Morales di Bolivia dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah sosok pemimpin besar dunia yang tercatat berhasil ‘menggelindingkan’ revolusi menuju keadilan dengan spirit penderitaan orang-orang yang terpinggirkan (mustadhafin)di negaranya masing-masing.
            Akhirnya, konon, penderitaan adalah singgasana Tuhan. Sebab, penderitaan menjadi kisah yang selalu mengiringi kehidupan para nabi, rasul dan manusia suci. Jadi, tak pantas bagi kita untuk mengeluhkannya. Sebab, penderitaan itu suci dan agung. Para Nabi dan Rasul-Nya pun menderita dengan tingkat penderitaan yang jauh melampaui penderitaan kita. Maka, masihkah Anda akan mengeluhkan penderitaan Anda?

MEMILIKI KEINDAHAN DALAM MENJALANI KEHIDUPAN

Sulit bagi kita mendefinisikan apa itu yang dimaksud KEINDAHAN. Karena kita tidak pernah tahu seperti apa wujud dari keindahan itu. Keindahan adalah sesuatu yang abstrak. Ia akan ada jika merujuk pada sebuah objek. Biasanya keindahan itu terdapat pada sebuah bentuk karya. Entah itu karya Allah ( panorama alam yang indah ) atau karya manusia ( seperti lukisan, patung dan sebagainya).

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang “KEINDAHAN KARYA DARI SANG PENCIPTA”.
Semua yang ada di jagat ini ialah hasil dari bentuk kekuasaan Allah. Dialah yang menjadikan semua ini dengan sangat terhitung. Dunia ini tidak diciptakan begitu saja, semuanya ada perhitungannya. Alam yang indah yang selalu bisa kita lihat adalah salah satu dari bentuk kekuasaan-Nya.

Bahkan lukisan yang indah atau apa saja yang diciptakan manusia yang menjadi sebuah karya seni yang hebat, tidak lepas dari kekuasaan Allah. Dialah yang menciptakan manusia dengan akal dan pikiran yang dimiliki manusia. Dia yang menciptakan sebuah imajinasi yang ada pada manusia. Sehingga manusia dapat menciptakan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi sesamanya.

Seperti pada firman-Nya :
“Mereka menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.’” (al-Baqarah [2]: 32)
Allah lah yang memberikan pengetahuan kepada manusia. Tanpa izin-Nya, manusia tidak akan mengetahui apa-apa yang ada di depannya.
Maka hendaknya kita sebagai manusia, yang sangat kecil di hadapan-Nya ini, selalu bersyukur kepada Allah yang dengan kemurahan-Nya menjadikan kita sebagai hambaNya.
Merujuk pada keindahan itu sendiri, dapat kita telaah dan kita kaji dari kitab suci Al Qur’an. Al Qur’an ialah kitab yang diturunkan kepada hamba-Nya yang terpilih. Al Qur’an itu sendiri menyimpan keindahan-keindahan pada setiap bacaannya. Al Qur’an ialah kitab yang mencakupi segala urusan manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan, baik dewasa ataupun muda. Al Qur’an adalah kitab yang mencakupi semua urusan. Apa-apa yang ada di dunia ini tercantum dalam Al Qur’an ini. Termasuk tentang keindahan. Al Qur’an merupakan sumber ilmu. Semua ilmu dunia ataupun akhirat ada pada Al Qur’an ini. Termasuk kisah-kisah para Nabi.
Seperti pada firman-Nya :
“Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pe¬l¬ajaran bagi orang-orang berakal. Al-Qur`an itu bukan¬lah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenar¬kan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan se¬ga¬¬la sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi ka¬um yang beriman.” (Yusuf [12]: 111)
Untuk menjalani kehidupan ini, hendaknya kita selalu merujuk pada apa yang terkandung dalam Al Qur’an. Jika kita telah melaksanakan apa-apa yang diperintahkan di dalam Al Qur’an, niscaya kita akan memiliki kehidupan yang indah. Allah akan memberkahi kita duni dan akhirat. Seperti pada firman-Nya :
“Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (al-Baqarah [2]: 2)
Kehidupan ini akan menjadi indah apabila kita melakukan dengan yang sebagaimana mestinya. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan, yang hendaknya juga kita menjalani apa yang diperintahkan-Nya, dan juga menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Keindahan yang didapat akan jauh lebih indah dari yang terbayangkan. Keindahan ini akan menjadikan kita manusia yang beruntung, bahkan sangat-sangat beruntung.
Jadilah manusia yang beruntung itu. Dan berusaha lah untuk itu.