Thursday, March 7, 2013

PENDERITAAN ITU 'RAHIM' KEBAHAGIAAN



Penderitaan itu ‘Rahim’ Kebahagiaan
Konon, penderitaan adalah ‘rahim’ dari kebahagiaan. Kita pun sering mendengar pepatah yang bunyinya; “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
 Namun, tak semua orang bisa menjadikan penderitaannya sebagai ‘rahim’ dari kebahagiaan dirinya. Malah, lebih banyak manusia yang justru terpuruk akibat penderitaannya. Kita pun banyak mendengar kisah orang-orang tipe ini. Lihatlah di layar televisi Anda, nyaris setiap hari ada kasus bunuh diri dengan alasan yang hampir senada, yakni tak mampu menahan beban hidup (penderitaan).Penderitaan memang kerap menjadi jembatan yang mengantarkan kita pada kebahagiaan. Kisah orang-orang besar yang sukses dalam berbagai hal (bisnis, karir, pemimpin, keilmuan atau bahkan spiritualitas) biasanya diawali dengan kisah tentang penderitaannya dalam mencapai kesuksesannya. Misalnya, yang sedang populer sekarang, Nick Vujinic (lihat foto). Dia seorang lelaki tanpa kedua tangan dan kedua kaki yang sempat depresi dan putus asa hingga mencoba bunuh diri, namun saat ini begitu tenar di seantero dunia akibat kesuksesannya sebagai salah satu motifator terbaik dunia.
            Lalu, bagimana kita harus memahami dan mengolah penderitaan agar menjadi ‘rahim’ bagi lahirnya kebahagiaan?
             Intinya terletak pada penerimaan kita terhadap kenyataan akan penderitaan yang kita alami sembari meyakini bahwa itu bagian hidup dari kita dan semua manusia yang ada. Dengan begitu, kita akan mulai ikhlas menerima penderitaan kita. Sehingga, penderitaan itu akan menjadi spirit untuk bangkit dan mengubahnya menjadi kebahagiaan. Bagaimana pun caranya!
            Mereka yang tak sukses mengolah penderitaannya menjadi kebahagiaan biasanya karena, diam-diam, mereka ‘menikmati’ penderitaannya; mereka keluhkan setiap siang dan tangisi setiap malam. Sehingga, mengemis dan meminta dikasihani biasa menjadi solusi bagi mereka. Yang tampak kemudian bukanlah pengolahan atas penderitaan agar menjadi ‘rahim’ bagi lahirnya kesuksesan dan kebahagiaan, namun memanfaatkan dan memanipulasi penderitaannya. Dan penderitaan pun menjadi bagian dari hidupnya selamanya. Begitulah kisah orang-orang gagal yang selalu berjarak dengan kebahagiaan.
            Penderitaan sebagai ‘rahim’ yang melahirkan spirit bagi kesuksesan dan kebahagiaan ini juga sering kali menjadi kata kunci bagi para pemimpin dunia dalam meruntuhkan kekuatan ‘tangan besi’ yang menindas dan menggantikannya dengan asas keadilan. Lihatlah kisah Mahatma Gandhi di India, Imam Khomaeni di Iran, Evo Morales di Bolivia dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah sosok pemimpin besar dunia yang tercatat berhasil ‘menggelindingkan’ revolusi menuju keadilan dengan spirit penderitaan orang-orang yang terpinggirkan (mustadhafin)di negaranya masing-masing.
            Akhirnya, konon, penderitaan adalah singgasana Tuhan. Sebab, penderitaan menjadi kisah yang selalu mengiringi kehidupan para nabi, rasul dan manusia suci. Jadi, tak pantas bagi kita untuk mengeluhkannya. Sebab, penderitaan itu suci dan agung. Para Nabi dan Rasul-Nya pun menderita dengan tingkat penderitaan yang jauh melampaui penderitaan kita. Maka, masihkah Anda akan mengeluhkan penderitaan Anda?

No comments:

Post a Comment