Kisah ini mungkin tidak sesuai dengan kata-kata asli sang penyampai berita, namun alur dari kisah ini insya Allah sesuai dengan apa yang terjadi. Marilah kita simak ceritanya:
“Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda yang hidup miskin, ia hidup serba kekurangan dan penuh dengan kelelahan dalam mencari nafkah. Tentu, sebagai seorang pemuda sudah sewajarnya ia memiliki keinginan untuk menikah. Beberapa usaha untuk meningkatkan penghasilan juga sudah diupayakan, akan tetapi Allah berkehendak belum menjadikan dia sebagai seorang yang kaya.
Waktu pun berlalu dengan cepatnya, dan seorang pemuda ini pun terus berupaya untuk memenuhi obsesinya. Ia ingin segera menikah untuk menyempurnakan agamanya dan menundukkan pandangan serta menyucikan kemaluannya. Akhirnya, ia pun mengenal seorang wanita yang “menurutnya” shalihah. Kriteria-kriteria yang ia persyaratkan pun mungkin telah ia ketahui dengan baik, sehingga ia putuskan untuk meminang wanita itu.
Wanita itu cantik parasnya, anak seorang yang kaya raya, kekayaanya menjadikan mereka sangat terkenal di kampungnya. Pemuda ini sedikit ‘grogi’ (was-was) untuk melamar wanita yang ia kenal itu, ia membandingkan kondisinya dengan kondisi wali sang wanita sebagai pertimbangannya. Namun keberanian dan tekadnya yang ditunjang dengan nafsunya membuat ia tidak patah semangat, ia pun dengan penuh keyakinan berangkat melamar wanita idamannya.
Takdir Allah Ta’ala pun terjadi, apa yang Ia Ta’ala kehendaki tak ada yang dapat menghentikannya, pemuda itu pun menuai kehampaan. Perempuan itu menolak pinangan Sang Pemuda, kabarnya penolakan itu pun karena ada dukungan dan perintah dari sang wali dan/atau keluarganya. Pemuda ini pun sangat sakit hati, wajar dan sangat wajar bila ini terjadi, apalagi penolakan itu juga terdapat indikasi kuat bahwa keluarga/walinya tak mau menikahkan anaknya dengan orang miskin, karena itu nantinya akan menyulitkan anak wanitanya.
Pemuda ini benar-benar seorang yang sangat gigih dalam mempertahankan obsesinya. Kemarahannya akibat sakit hatinya membuatnya ingin membalaskan dendam kesumatnya. Alhamdulillah, ia tidak melakukan hal-hal yang mencelakakan keluarga pihak perempuan, ia memilih melakukan suatu yangrealistis. Ia pun bangkit, ia bekerja lebih giat dan ia pun mendirikan sebuah usaha dari modal yang ia kumpulkan selama ini. Ia bekerja dan terus bekerja hingga...Subhanallah, Maha Suci Allah Yang Maha Membolak-Balikkan keadaan dunia, ia menjadi kaya raya dan miliader. Waktu pun terus berjalan, mungkin keluarga Sang Wanita yang pernah menolaknya mengetahui kondisi Sang Pemuda yang saat ini sangat kaya raya dan mereka mulai tertarik kepadanya, begitupula sang wanita ini pun kemungkinan juga mulai merasa tertarik dengan Sang Pemuda, hal ini tampak dari indikasi yang ada pada mereka.
Alhamdulillah. Pemuda ini pun bisa memenuhi obsesinya, ia pun akhirnya menikah. Ia menikah bukan dengan sang wanita yang pernah dilamarnya, karena tentu saja luka di hati tak kan bisa ditambal dengan apapun. Ia menikah dengan orang lain yang lebih baik “menurutnya”, ia pun menjalin kasih asmara yang penuh barakah, ia menjalin kasih dengan penuh keromantisannya. Ia sangat bersyukur menikah dengan wanita yang sekarang dinikahinya.
Sekarang, marilah kita tengok bagaimana kondisi wanita yang pernah dilamar Sang Pemuda itu. Ia pun akhirnya menikah dengan pemuda lainnya, ia hidup dengan penuh kesulitan dan kesengsaraan. Allahu a’lam apa yang terjadi, akan tetapi kemudian kondisi sang wanita ini berubah total dan perubahannya sangat drastis. Wanita ini menjadi miskin papa bersama suaminya, keluarga Sang Wanita yang dulunya kaya raya juga tak bisa berbuat apa-apa, karena usahanya pun bangkrut. Masya Allah, apa yang bisa kita petik dari kisah ini ?!?!?!
Silahkan pembaca sekalian merenungkannya dan jawablah dengan jujur menurut hati Anda masing-masing, dengan apakah dunia ini menipu Anda sekalian?! Dan bagaimana dampak bila Anda memutuskan suatu perkara yang sangat urgen (akherat) dengan perkara dunia yang remeh?! Kisah ini masih terjadi di dunia dan disegerakan oleh Allah untuk diambil pelajaran oleh kita, “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)” (Q.S An-Naazi’at: 26).
Masih banyak kisah-kisah dalam kehidupan yang mirip dengan kisah ini yang belum terupload, belum tersiar, bahkan belum terjadi. Masih banyak orang-orang yang kaya tetap dalam kekayaannya dan miskin tetap dalam kemiskinannya tatkala mereka atau salah satunya ingin menundukkan pandangan mereka, menjaga kemaluan mereka dan menggenapkan separuh agama mereka, tetapi wali mereka yang kaya menolak Si Pelamar yang miskin dan/atau wali mereka yang kaya menolak Si Pelamar yang ia nilai tidak “becus” dalam masalah dunia, dan kemudian mereka masih tetap dalam kejayaannya. Ingatlah, bahwa dunia ini remeh, ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara dan ingatlah bahwa nanti ada Yaumil Mizan, dimana keadilan Allah benar-benar ditegakkan dan semua akan ditampakkan.
Begitupula dalam berbisnis dan persahabatan, bila ia bersahabat karena harta dan bermusuhan karena dana, maka hal itu sangatlah tidak langgeng. Hal itu sangatlah menyakitkan, ingatlah bahwa dunia ini pernah mengalami perang besar dan mungkin akan terjadi dengan lebih besar lagi. Ingatlah bahwa peperangan itu berawal dari harta kekayaan dunia, dari masalah gold, glory dan gospel. Mungkingospel ini hanya sebagian kecil dari motivasi mereka untuk suatu kamuflase politik saja dan bukan tujuan utama mereka.
Berbeda dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang mengajarkan bahwa pernikahan, persahabatan, bahkan peperangan dan segala apapun yang kita lakukan harus berdasarkan karena Allah, karena perintahNya, laranganNya juga karena apa-apa yang difitrahkanNya pada kita semua. Subhanallah, sangat indah dan menyejukkan agama kita ini, hanya saja kebaikan agama ini (agama-agama samawi yang lain juga) tertutupi oleh ulah ummatnya, hingga sesatnya ajaran suatu agama dan kerusakannya, karena ulah ummatnya yang tak tunduk padaNya dan mementingkan dunia di atas segalanya. Na’udzubillah. Semoga Allah memberikan kita kebaikan-kebaikan dunia dan akherat dan melindungi kita dari keburukan keduanya. Allahu a’lam.
No comments:
Post a Comment